aku tak mampu melukis wajahmu
pada kanvas tanah yang memerah akibat genang darah
pula tak sanggup mengukir namamu
di atas bentang air keruh sebab putih yang terbunuh
jemari tanganku melemah tanpa letupan empat lima
karena lelah sudah kugunakan mengusap dada,
menyumbat suara, mengunci telinga dan menutup mata!
Potret Urban 1
kota menjanjikan ada
namun ada tak berikan segala
langit bumi jadi pemberat neraca
hingga primitif merupa sensitif
Potret Urban 2
masa silam kembali bersalam
menyusup lembut di tengah hingar bingar kota
tangga kasta menjelma jadi peran utama
sewajarnya yang lemah bersimpuh patuh
layaknya rumah kolong jembatan menyembah gedunggedung tinggi
Potret Urban 3
: percakapan semut dengan manusia
M: aku hanya diam, kok kesemutan sih? (gerutu manusia pada keadaan)
S: aku berlari sana sini tak pernah keorangan! (hahaha)
M: gerangan apa buatnya begitu? (terheran dengan wajah berubah bodoh)
S: sebelum hujan, kami berbondong mengumpul sisasisa guna persediaan
sementara kalian terus saja menghiasi rumah kalian dengan sampah!
M: lalu? (dengan polos menggaruk kepala)
S: saat hujan tiba kami tertawa bahagia, sementara kalian mengeluhkan datangnya banjir!
M: ... hanya diam tak berkata apaapa! ...
Potret Urban 4
beberapa kumpulan makhluk turunan kedua dalam jenis berbeda
tersesat di antara serakan potret urban belantara
tapi tak bersuara, tak bernyawa
mereka menyisakan tanda dalam skala warna beraneka
goresan luka terendam keringnya kulit dan hasil rambut olahan
yang dipajang tuan dan nyonya sebagai lambang kehebatan
transaksi terus berjalan
perburuan semakin mengedan
apa pasokan kulit kemarin belum cukup mengeyangkan perut?
atau masih kurang sekawanan domba tereksekusi demi eksploitasi?
kebutuhan sandang, katamu: trend, gaya baru!
setelah dikenakan mengapa tak jua menutup aurat? (tanyaku polos)
Surat di Meja Demokrasi
dengan segala hormat,
tuantuan berlencana
berkencana mewah dari bavarian
yang selalu menimang ribuan rencana
saya tardjo,
pedagang soto di balik tembok pemisah
di belakang, berdiri rumahrumah mewah
di depan gerobak soto yang hampir terbelah
berdiri juga banyak rumah
ukurannya bervariasi kalau tak salah
kirakira tipe 21 kurangnya lebih dari setengah.
maksud kedatangan surat ini
bukan untuk menghakimi
apalagi memprovokasi!
saya hanya mewakili,
segenap aspirasi
yang berkasnya tak sampai di meja demokrasi
atas perhatiannya, saya ucap terima kasih.
Gemuruh Desah Bibir Pantai
pucuk rembulan di puncak malam
jadi saksi bisu gelisah ombak,
di tengah luap dan teriak alpa
rimbun pening pikat
tak terhembus angin rindu ujung pantai
semakin pengap isi otak bercecer sembarang
bersama pasir putih yang terenyuh
gigi pantai dirajam tawa
gelombang air terpasung dosa
pertarungan lidah bersimbah lelah
terengahengah desah penuh gairah
kecup gunung berbongkah mengusap lembut ke bawah
: menarinari, meliukliuk di sisi lembah
di pinggir pantai, basah
baris riak merantai, jengah
saksikan sunah berubah zinah
Sumber: Kompas.com, 29 Agustus 2009
14komentar:
Posting Komentar
trims yah sudah mau singgah di sini
salam,
:D
kamu juga yah terus berkarya ...
salam,
sukses buatn RML dkk....
MOHON MAAF LAHIR & BATIN
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1430 H
salam kenal:)
salam kenal kembali
penuh cinta ...
selamat datang ...
Bung Manu, terima kasih modifikasi kotak komentarnya, terus berkarya!!!
salam sastra,
salam,
penuh cinta ...
iyah yank ... dukung kami yah! terutama aku, hehehe ...
salam,
penuh cinta ...
hahay .. makasih2 ...
ada roy juga rupanya,,apa kabar bung??
apik apik wae, sobatku Angin,
trims yah sudah mau singgah di sini
salam,
persahabatan yang indah
"jangan pernah sampai titik!", kak ......
:D
ya. benar dek.
kamu juga yah terus berkarya ...
salam,
oh ini toh komunitasnya...selamat deh...
sukses buatn RML dkk....
iyah yank ... dukung kami yah! terutama aku, hehehe ...
salam,
penuh cinta ...
MINAL AIDIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR & BATIN
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1430 H
"SURAT DI MEJA DEMOKRASI", sepucuk surat bergaya puisi yang bagus ...
salam kenal:)
selamat datang ...
terima kasih atas apresiasinya ..
salam kenal kembali
penuh cinta ...
Bung Manu, terima kasih modifikasi kotak komentarnya, terus berkarya!!!
salam sastra,
iyah yank ... dukung kami yah! terutama aku, hehehe ...
salam,
penuh cinta ...
@Menembus Angin
hahay .. makasih2 ...
Posting Komentar