Puisi-Puisi Galuh AS

Pukul


Sahabat Sampah Sejati

aku bangga berkawan lalat
catatan merahnya, bagiku adalah hijau
serupa dengan baju yang dikenakan
siapa sangka,
pengais dari sisa manusia kaya,
tak berharga
karena terlalu akrab bercengkrama
dengan kotoran

tapi tahukah kawan
jika di mata Tuhan
tak serupa dengan para kaya
terpandang, mulia di mata raja
sehingga lebih mulia di antara
raja-raja kecil
namun makanannya penuh
keringat asam dan dikerumuni banyak lalat

kawan,
aku tak mau anak dan istriku kelak
menjadi hitam
karena terlena oleh alunan seruling gembala
jika berkenan,
aku ingin memperkenalkan mereka
kepada kawanku lalat
agar mereka mengerti,
karenanyalah rumah kita berdiri

Teralis di Ujung Saka

mereka adalah Bung Karno
mereka adalah empat lima
mereka adalah raja-raja muda
mereka sedang di perjalanan
menuju Istana Negara

mereka berani mengukur batang
Monumen Nasional
mereka berani mendaki hingga ujung
untuk meraih kilau mas harta Pejoang
dan menggendongnya pulang
bukakan pintu untuk mereka
sebelum jatuh tangan menyentuh bajumu

Harapan Pemilik Pena

ketika lantunan jeruji memecah gendang
tangan siapa hendak menepis
tangis bayi pun tak mampu untuk meredam
kecuali tangan raja mengulur cawan
rasanya tak pernah berubah

dodot empat hari bisa nyaman
masing-masing sudah memiliki
tapi tidak begitu
keakuran generasi tak mencontoh tua
kalanya tak adil, bila tak sepaham
satu pemicu membuka kembali ingatan


Sumber: Tangerang Tribun, 09 Agustus 2008

13komentar:

Posting Komentar