aku bangga berkawan lalat
catatan merahnya, bagiku adalah hijau
serupa dengan baju yang dikenakan
siapa sangka,
pengais dari sisa manusia kaya,
tak berharga
karena terlalu akrab bercengkrama
dengan kotoran
tapi tahukah kawan
jika di mata Tuhan
tak serupa dengan para kaya
terpandang, mulia di mata raja
sehingga lebih mulia di antara
raja-raja kecil
namun makanannya penuh
keringat asam dan dikerumuni banyak lalat
kawan,
aku tak mau anak dan istriku kelak
menjadi hitam
karena terlena oleh alunan seruling gembala
jika berkenan,
aku ingin memperkenalkan mereka
kepada kawanku lalat
agar mereka mengerti,
karenanyalah rumah kita berdiri
Teralis di Ujung Saka
mereka adalah Bung Karno
mereka adalah empat lima
mereka adalah raja-raja muda
mereka sedang di perjalanan
menuju Istana Negara
mereka berani mengukur batang
Monumen Nasional
mereka berani mendaki hingga ujung
untuk meraih kilau mas harta Pejoang
dan menggendongnya pulang
bukakan pintu untuk mereka
sebelum jatuh tangan menyentuh bajumu
Harapan Pemilik Pena
ketika lantunan jeruji memecah gendang
tangan siapa hendak menepis
tangis bayi pun tak mampu untuk meredam
kecuali tangan raja mengulur cawan
rasanya tak pernah berubah
dodot empat hari bisa nyaman
masing-masing sudah memiliki
tapi tidak begitu
keakuran generasi tak mencontoh tua
kalanya tak adil, bila tak sepaham
satu pemicu membuka kembali ingatan
Sumber: Tangerang Tribun, 09 Agustus 2008
13komentar:
Posting Komentar
semoga seperti mentari yang tiada lelah bersinar
salam sastra,
ilmu padi nih ... hehehe ...
:)
hahay ... bisa ajah kawan ..
amin!
amin!
bila ada masukan, katakan saja ya, karena kami masih perlu banyak belajar ...
salam,
kok, puisi pak MJH ga bisa dikomen yah???
bingung sayah ...
tapi okelah, akhirnya dia publish juga puisi2-nya ... hehehe ...
Selamat Jalan Kekasih ...
selamat deh buat terbentuknya ksi tangsel;;semoga sukses,,,
Terima kasih atas doa dan dukungan dari sahabat Menembus Angin
Terimakasih, kepada sahabat Menembus Angin beserta kawan-kawan dan mohon Do'a Restu serta dukungannya atas terbentuknya KSI TANG-SEL, kiranya menjadi wahana dan wadah bagi para ahli waris yag masih menggantung dibalik dinding.
Selamat Jalan Kekasih ...
untuk hal seperti ini, selalu kawan
semoga seperti mentari yang tiada lelah bersinar
amin!
Bahasanya "tajam" sekali ... two thumbs up for this poems!!
bila ada masukan, katakan saja ya, karena kami masih perlu banyak belajar ...
salam,
terima kasih atas kesediaan sesahabat sekalian singgah di tempat kami yang sederhana ini.
salam sastra,
ilmu padi nih ... hehehe ...
:)
@Menembus Angin
hahay ... bisa ajah kawan ..
@Menembus Angin
amin!
kok, puisi pak MJH ga bisa dikomen yah???
bingung sayah ...
tapi okelah, akhirnya dia publish juga puisi2-nya ... hehehe ...
Posting Komentar